Sabtu, 27 Februari 2010

Kesucian Diri VS Pornografi


Ide Penciptaan Vagina alias 'Pusat Kosmos' Wanita sungguh luar biasa, Tuhan Maha Kreatif, ia mampu menciptakan konsep agung di balik wujud yang begitu sepele dan berbau tak harum'
Cahaya Allah yang dititipkan kepada tubuh dan hakikat wanita, hanya boleh dipancarkan melalui surat nikah, kalau tanpa tarikat pernikahan, cahaya itu menjadi mudarat alias malapetaka.

Oleh karena konsep Tuhan memang demikian sejak semula, maka dalam hal berzina Tuhan bukannya berfirman "Jangan berzina!" melainkan "Jangan dekati Zina!" artinya segala kreativitas budaya yang mengorientasikan perilaku manusia menuju kemungkinan perzinaan, tidak diperkenankan oleh Tuhan.
Larangan itu semata-mata agar hidup manusia tidak terlalu celaka, kalau Tuhan sendiri sih tidak rugi apa-apa. cuek saja biar di depan matanya melintas penari telanjang dari Fhilipina atau Butterflies Ancol menyingkap-nyingkapkan roknya sambil menunjukkan Vagina atau 'pusat kosmos'nya dan berkata' ' Ini sedap lho !'
Sekali lagi Tuhan enggak butuh apa-apa, tidak tergiur, tidak menyesal, tidak untung dan tidak rugi."
"Mengapa mencampuradukkan Tuhan dengan soal pornografis begitu ?"
"Apa yang tidak diliputi Allah ? Apa yang tidak di dalam Allah dari segala semesta ini ? Tuhanlah yang menciptakan Vagina / 'pusat kosmos wanita' dan meninggikan derajat nilainya bagi dialog kudus antara lelaki dan wanita.
Tuhan pulalah yang merancang ide labia mayora, ovum, G-Spot, Linea Alba dan Sperma.
Dan meletakkan sebagai kartu amat penting bagi kelangsungan sejarah umat manusia.
Yang mana yang pornografis ?
Yaitu ketika engkau melakukan kekeliruan dalam meramu syariat dengan hakikatnya.
Hakikat ialah realitas alam, syariat ialah realitas sosial.
'Pusat Kosmos' wanita adalah realitas alam, bagaimana memperlakukannya itu bernama atau menghasilkan realitas sosial.
Kalau seorang suami mengelus-elus dan mengendus-endus pusat kosmos istrinya di kamar pengantin sampai sesak napas, tidaklah terjadi peristiwa pornografis apapun.
Pornografi baru terjadi kalau engkau mengintip mereka, sebab 'syariat mengintip' mu itu melanggar 'hakikat ketelanjangan kasih' mereka.
Pornografi juga ketika 'pusat kosmos' itu dibukakan bagi lelaki yang bukan suaminya, baik di jalan umum, di depan kamera film, di web-site/blog porno, maupun di ranjang prostitusi.
Seperti halnya Mr. P kamu ! Jangan dikeluarkan dari celana di tengah jalan besar, pasar atau di depan web cam. Kerena Mr. P itu suci, privat, kesucian dan hakikatnya terjaga dengan cara tidak dipamer-pamerkan. Mr. P itu ciptaan Allah yang merupakan piranti utama 'keturunan serta kenikmatan' 
 (Sumber: http://blogger-pesta.blogspot.com)

By, Sapro

Minggu, 07 Februari 2010

Cerita Aji Saka Atau Aksara Jawa... ???


Pada jaman dahulu, di Pulau Majethi hidup seorang satria tampan bernama Aji Saka. Selain tampan, Aji Saka juga berilmu tinggi dan sakti mandraguna. Sang satria mempunyai dua orang punggawa yang bernama Dora dan Sembada. Kedua punggawa itu sangat setia kepada pemimpinnya yang sama sekali tidak pernah mengabaikan perintah pemimpinnya. Pada suatu hari, Aji Saka berkeinginan pergi berkelana meninggalkan Pulau Majethi. Kepergiannya ditemani oleh punggawanya yang bernama Dora, sementara Sembada tetap tinggal di Pulau Majethi, diperintahkan menjaga pusaka andalannya. Aji Saka berpesan bahwa Sembada tidak boleh menyerahkan pusaka tersebut kepada siapapun kecuali kepada Aji Saka sendiri. Sembada menyanggupi akan melaksanakan perintahnya. Pada masa itu di tanah Jawa terdapat negara yang terkenal makmur, tertib, aman dan damai, yang bernama Medhangkamulan. Rajanya bernama Prabu Dewata Cengkar, seorang raja yang luhur budinya serta bijaksana. Pada suatu hari, juru masak kerajaan Medhangkamulan mengalami kecelakaan, jarinya terbabat pisau hingga terlepas. Ki Juru Masak tidak menyadari bahwa potongan jarinya tercebur ke dalam hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Prabu Dewata Cengkar. Ketika tanpa sengaja memakan potongan jari tersebut, Sang Prabu serasa menyantap daging yang sangat enak, sehingga ia mengutus Sang Patih untuk menanyai Ki Juru Masak. Setelah mengetahui bahwa yang disantap tadi adalah daging manusia, sang Prabu lalu memerintahkan Sang Patih agar setiap hari menghaturkan seorang dari rakyatnya untuk santapannya. Sejak saat itu Prabu Dewata Cengkar mempunyai kegemaran yang menyeramkan, yaitu menyantap daging manusia. Wataknya berbalik seratus delapan puluh derajat, berubah menjadi bengis dan senang menganiaya. Negara Medhangkamulan beubah menjadi wilayah yang angker dan sepi karena rakyatnya satu persatu dimangsa oleh rajanya, sisanya lari menyelamatkan diri. Sang Patih pusing memikirkan keadaan, karena sudah tidak ada lagi rakyat yang bisa dihaturkan kepada rajanya.

Pada saat itulah Aji Saka bersama punggawanya, Dora, tiba di Medhangkamulan. Aji Saka heran melihat keadaan yang sunyi dan menyeramkan itu, maka ia lalu mencari tahu penyebabnya. Setelah mendapat keterangan mengenai apa yang sedang terjadi di Medhangkamulan, Aji Saka lalu menghadap Rekyana Patih, menyatakan kesanggupannya untuk menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. Pada awalnya Sang Patih tidak mengizinkan karena merasa sayang bila Aji Saka yang tampan dan masih muda harus disantap Sang Prabu, namun Aji Saka sudah bulat tekadnya, sehingga akhirnya diapun dibawa menghadap Sang Prabu. Sang Prabu tak habis pikir, mengapa orang yang sedemikian tampan dan masih muda mau menyerahkan jiwa raganya untuk
menjadi santapannya. Aji Saka mengatakan bahwa ia rela dijadikan santapan sang Prabu asalkan ia dihadiahi tanah seluas ikat kepala yang dikenakannya. Di samping itu, harus Sang Prabu sendiri yang mengukur wilayah yang akan dihadiahkan tersebut. Sang Prabu menyanggupi permintaannya. Aji Saka kemudian mempersilakan Sang Prabu menarik ujung ikat kepalanya. Sungguh ajaib, ikat kepala itu seakan tak ada habisnya. Sang Prabu Dewata Cengkar terpaksa semakin mundur dan semakin mundur, sehingga akhirnya tiba ditepi laut selatan. Ikat kepala tersebut kemudian dikibaskan oleh Aji Saka sehingga Sang Prabu terlempar jatuh ke laut. Seketika wujudnya berubah menjadi buaya putih. Aji Saka kemudian menjadi raja di Medhangkamulan.

Setelah dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan, Aji Saka mengutus Dora pergi kembali ke Pulau Majethi menggambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Setibanya di Pulau Majethi, Dora menemui Sembada dan menjelaskan bahwa ia diperintahkan untuk mengambil pusaka Aji Saka. Sembada tidak mau memberikan pusaka tersebut karena ia berpegang pada perintah Aji Saka ketika meninggalkan Majethi. Sembada yang juga melaksanakan perintah Sang Prabu memaksa meminta agar pusaka tersebut diberikan kepadanya. Akhirnya kedua punggawa itu bertempur. Karena keduanya sama-sama sakti, peperangan berlangsung seru, saling menyerang dan diserang, sampai keduanya sama-sama tewas.

Kabar mengenai tewasnya Dora dan Sembada terdengar oleh Sang Prabu Aji Saka. Ia sangat menyesal mengingat kesetiaan kedua punggawa kesayangannya itu. Kesedihannya mendorongnya untuk menciptakan aksara untuk mengabadikan kedua orang yang dikasihinya itu, yang bunyinya adalah sebagai berikut. 



Jika kesemua aksara diatas dirangkai maka akan mempunyai arti : Ada utusan yang saling berselisih pendapat, yang mempunyai kekuatan sama-sama sakti, dan akhirnya kedua-duanya sama-sama mati.

Sumber: http://www.geocities.com/sesotya_pita/carakan/ajisaka.htm

By, Sapro 

Senin, 01 Februari 2010

Renungan Dari Filsuf: Avatar - Kembalinya Jiwa



 Zhuangzi (baca: Cuang Tse, filsuf China pada 2.400 tahun silam) pernah bermimpi dirinya adalah seekor kupu-kupu, setelah terbangun ia mengajukan sebuah pertanyaan langka: Sesungguhnya yang bermimpi ketemu si kupu-kupu adalah Zhuangzi ataukah si kupu-kupu telah bermimpi ketemu Zhuangzi? Dengan kata lain, sebetulnya siapa sih yang bermimpi? Si kupu-kupu, atau Zhuangzi?
Ini mutlak pertanyaan yang baru bisa terpikirkan oleh filsuf besar. Karena pada umumnya manusia memandang dunia kita ini adalah yang paling nyata, di mata mereka, suasana mimpi mutlak adalah bukan realita. Namun pertanyaan kupu-kupu Zhuangzi ini telah menjungkir-balikkan konsepsi yang berlaku pada umumnya, sehingga kita bisa memahami bahwa dunia materi yang kasat mata dan dapat diraba ini belum tentu yang mutlak, bisa saja (eksis) dunia lain yang lebih nyata dan lebih indah daripada di sini.

Menurut pendapat saya, film "Avatar" adalah sebuah kisah terbitan zaman kini tentang impian kupu-kupu Zhuangzi tersebut. Sesungguhnya apakah Jake, si veteran cacat perang bereinkarnasi sebagai raja orang Na’vi yakni: Avatar di planet Pandora, ataukah raja Na’vi dari planet Pandora yang bereinkarnasi menjadi Jake seorang manusia dari planet bumi? Di sini saya tidak ingin memberi kesimpulan, hanya ingin mengemukakan pemikiran saya untuk dibagikan, agar semua orang berpikir bahwa yang disebut belakangan bisa saja eksis.

Kata "Avatar" sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, bermakna jelmaan Dewa, maksudnya ialah Dewa langit setelah melalui pertimbangan mendalam, datang ke bumi dengan membawa misi serta bertubuh fisik layaknya manusia biasa. Meski di atas bumi, penampilan Avatar tidak berbeda dengan manusia biasa lainnya, namun secara nyata Avatar bukan manusia biasa.

Di dalam film kita juga menyaksikan si tokoh utama Jake merupakan seorang veteran cacat perang biasa, selain sepasang kaki yang lumpuh, tidak berbeda pula dengan orang-orang lain. Akan tetapi begitu ia tiba di planet Pandora yang penuh kegaiban, begitu jiwa-primer Jake memasuki tubuh orang Na’vi, penampilannya menjadi tidak lumrah.

Selain sekelompok makhluk hidup mirip kunang-kunang yang bergerombol di tubuhnya dan mereka itu biasanya hanya tertarik dengan sosok manusia yang baik kelakuannya, juga ia ternyata berhasil menaklukkan raja makhluk terbang, yang di dalam dongeng, suatu hal yang hanya mampu dilakukan oleh raja bangsa Na’vi. Segalanya itu menjelaskan Jake yang berparas biasa-biasa saja itu ternyata berasal-usul tidak lumrah, jiwa sesungguhnya tidak sama dengan yang lain, ia Avatar terpilih untuk menjaga dan melindungi planet Pandora yang Indah itu.

Kenyataan membuktikan, Jake yang bukan siapa-siapa di bumi ini ialah sang penyelamat planet Pandora, Raja Na’vi yang agung, Avatar—penjelmaan Dewa. Sedangkan prosesnya dalam rangka mempelajari menjadi seorang Na’vi adalah proses jiwanya dalam rangka kembali (pulang ke rumahnya yang asli), prosesnya dalam memimpin mahluk hidup planet Pandora bertempur gagah berani melawan Kekuatan Jahat ialah proses dia dalam menegakkan jasa yang kelak dikenang abadi, penyelamatannya terhadap planet Pandora membuktikan ia layak sebagai penjaga dan pelindung dunia tersebut, raja agung dari para makhluk hidup.

Bagi Avatar dari film ini, bumi hanyalah sebuah penginapan di dalam perjalanan jiwanya, sedangkan serangkaian waktu sebagai manusia biasa si Jake juga bagaikan sebuah impian di siang hari bolong.

Mengutip puisi dari Li Bai (baca: li pai, intelektual kaliber dunia abad-8 zaman Dinasti Tang): "Alam dan masyarakat, berwisata melawan arus seluruh materi; sang waktu, wisatawan ratusan masa." Dari sini terlihat, Zhuangzi, sang filsuf yang tersohor sepanjang zaman, barangkali sungguh-sungguh hanyalah sebuah impian penuh misteri dari salah satu dari sekian ekor kupu-kupu gaib di dalam jagad raya ini.

Seluruh makhluk fana yang kini hidup di bumi, kita semua persis seperti Jake terdahulu yang setiap hari hidup di dalam dunia nyata ini, yang kami pikir dan renungkan semuanya berkutat dengan kehidupan kasat mata ini, ucapan dan tindakan kita kebanyakan adalah demi keuntungan nyata di kehidupan kali ini. Kebanyakan dari kita selamanya tidak pernah berpikir bahwa jiwa kita bisa eksis dengan cara yang sama sekali berbeda dengan yang kini kita jalani, jarang pula ada orang yang merenungkan tentang makna hidup dan merenungkan darimanakah jiwa kita ini dan bakal kemanakah kita pergi.

Dari sudut pandang orang kebanyakan, kehidupan gemerlap para bangsawan, penguasa, selebriti adalah makna hidup dan merupakan target perjuangan. Mereka selamanya tidak pernah berpikir tentang pohon kehidupan yang gaib, tidak pernah berpikir tentang puncak gunung Haleluya yang mengambang di udara, juga tidak pernah berpikir menaiki naga terbang berselancar di langit nan biru. Segalanya itu bagi kebanyakan orang merupakan cerita isapan jempol yang tidak nyata.

Namun kehebatan film kolosal "Avatar" justru terletak pada penyajian di hadapan kita sebuah dunia maha luas maha gaib dengan daya tariknya yang hidup, sehingga kita yang masih terbenam dalam suasana penikmatan keagungan penciptaan Tuhan, hati sanubari kita dapat mengenali keajaiban alam semesta yang maha besar dan yang selama ini hanya berpikir sempit yang hanya berdasarkan logika (kenyataan) saja.

Dalam aliran Tao dari China sudah sejak lama terdapat perkataan: "Sejak zaman dahulu hingga moderen sekarang ini, kepulangan jiwa adalah tema abadi umat manusia, sedangkan kaya-miskin, mulia-hina, suka-duka, temu-pisah dan lain-lain pada akhirnya seolah hanya bagaikan asap dan awan yang lewat di depan mata."

Siapa tahu, Avatar sudah berada ditengah-tengah kita. Barangkali, sesudah jiwa Anda "kembali ke jati diri yang asli", Anda akan menemukan ternyata diri sendiri juga seorang Avatar! (Cun Zhongjian/The Epoch Times/whs) (Sumber:http://erabaru.net)
By, Sapro 


 
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA. Thanks you for visiting!
Share |