Sabtu, 24 Januari 2009

ASL (Aku Sudah Letih)

Cintaku telah pergi
Tinggalkan perih
Sakit yang kualami
Seakan merobek hati

Hatiku telah layu
Tak kau siram di cintaku
Dulu ku penuh luka
Tak kau lihat di hidupku…

Bila kau sakiti
Aku akan pergi
Bila kau sayangi
Bertahan di sini

Jangan kau sakiti
Aku sudah letih
Bila kau cintai
Ku masih tetap di sini

He....He...He...., Hayo coba tebak! Puisi, lagu, ato...???

Minggu, 04 Januari 2009

Perjuangan (Cinta)

Cinta adalah sesuatu perasaan yang menginginkan hati seseorang yang disayangi agar selalu bahagia (tidak egois) itu adalah cinta sejati (tidak mengenal kata pamrih) cinta diwarnai dengan pengorbanan dan tragedi...,kau bisa mengerjakan apapun bila dirimu tak punya rasa takut! Tanpa pengorbanan kita tidak akan mendapat apa-apa, milikilah hati yang bersih, karna dengan itu kita akan menemukan apa arti dari tujuan hidup, kita awali hidup ini dengan tujuan hidup yang sempurna.....!!! karna manusia tak mati dan tak hidup dalam kesia-siaan. Keajaiban itu tak akan terjadi begitu saja. Kita tak akan bisa berubah bila tak diberi kesempatan. Kita tidak akan menyadari bila kita belim kehilangan sesuatu. Hal yang terburuk adalah bila kita menjadi yang terbaik. Menahan diri adalah suatu keberanian,

Biarlah lilin-lilin kenangan padam termakan waktu, namun cahaya harapan tetaplah dihatimu, setumpuk hasrat hidupkan kisahmu, segumpal doa tersulam untukmu. Seperti roda melintasi lorong-lorong tak berujung, tetaplah lurus seteguh keyakinanmu, jika hantaman badai menampar pipimu, mungkin itu warna kanvasmu. Lihatlah langit malam ini, bertabur bintang benderang, disana mimpimu berserak, mungkin esok kan jadi nyata. Biarlah lilin-lilin kenanganpadam selamanya, melangkah maju terus kedepan, bukan hadiah kupersembahkan,namun sepucuk doa terlahir daripalung hatiku, semoga hari-harimu kan jadi lebih bermakna, dan bintang-bintang impianmu luruh dalam genggaman......
Tersenyumlah, mentari takkan padam, dan rembulan kan slalu setia, tapaki jalanpadang, menuju gubuk berpayung kemenangan............

Sahabat Tercinta

Saat hati tak lagi terjemahkan kata-kata, ketika rindu hanya singgah dalam maya, kini tinggalah nada berbalut doa yangyang mampu tercipta, walaupun tangan tak bisa berjabat dan mata tak bisa bertatap. Hanya bisa berberkata ”SEMOGA KEBAHAGIAAN SELALU BERSAMAMU”.

Mengenalmu ada satu kesyukuran, bercanda denganmu satu kebahagiaan, menyakitimu satu kesalahan, meminta maafmu satu permintaan semoga teriring satu keihlasan....
Maaf lahir batin yah...



Minggu, 28 Desember 2008

Happy New Year! (Selamat Tahun Baru!)


Glitterfy.com - Glitter Graphics

Happy new year, itulah yang orang-orang nantikan dan akan orang-orang ucapkan pula dihari pergantian akhir tahun menuju keawal tahun yang mana seremony inilah yang akan dilaksanakan setiap tahunnya  dan akan ditunggu-tunggu hingga tepat pukul 12.00 malam, semua orang dari belahan bumi timur sampai belahan bumi barat yang ingin merayakannya dengan penuh suka cita akan rela menunggu hingga detik-detik terakhirnya akhir tahun 2008 ini hingga menuju detik awal hari tahun 2009 yang semua orang pastinya berharap dan punya harapan semoga kita akan bahagia dan lebih baik dibandingkan tahun kemaren.

Semua yang merayakannya akan rela mengadakan berbagai macam acara untuk menyambut "happy new year" tersebut yang mana biaya yang dikeluarkan tidak sedikit toh itu hanya setahun sekali. dihari itu bagi orang yang merayakannya mereka berkumpul dan biasanya bagi anak muda yang paling antusias menyambut tahun baru tersebut dan tentunya tidak ketinggalan pula kembang api yang akan dinyalakan tepat didetik terakhir akhir tahun  yang mana detik terakhir tersebut adalah juga sebagai awal tahun bagi tahun baru yang telah ditunggu-tunggu dan  harapan yang baik ditahun baru tersebut, dan semoga harapan itu dikabulkan oleh tuhan YME yang mana dengan kita melihat kebelakang khususnya negara kita sendiri sudah banyak terjadi kejadian-kejadian ditahun 2008 ini yang mana moral bangsa ini semakin terpuruk dan tenggelam dengan budaya barat, tapi ketika muncul kata "budaya barat" apakah perayaan tahun baru itu bukan budaya barat??? coba anda beri komentar tentang itu, bagaimana opini anda tentang budaya barat dan apakah perayaan tahun baru itu juga berasal dari sana? 

KERINDUAN (Cinta Pertamaku)



Jiwa ini sedang dirundung rindu
Tuk hadirkan satu hati bersamamu
Sahabat… Mari kita bangun kembali
Segalanya di sini
Datanglah bersama iman di jiwa
Hadirmu semoga membawa cahaya
Di dalam ukhuwah kita
Yang kan kita jalin bersama… Semoga…

“Hey!!! Menyanyi saja kerjanya!.”
Hentakan Fahrul membuatku berhenti menyanyi. “Eh kamu Rul! Dari mana saja kamu? Kenapa tidak pulang tadi malam?”.
“Ah biasa, menjangkau yang tak pasti”. Ucapnya yakin.

Fahrul adalah teman satu kost ku yang super sibuk. Entah apa saja yang dikerjakannya. Sehingga membuatnya lebih sering menginap di tempat temannya.

Pagi itu ba’da sholat shubuh dan membolak-balik buku catatan ku yang sudah mulai usang.
Tanpa tersadar aku menyanyikan bait lagu al-maydani yang sangat menggambarkan kerinduanku selama ini dengan seorang teman yang selama ini banyak membantuku.
Tempatku berkeluh kesah dan canda tawa. Sebagai seorang sahabat aku takkan pernah melupakannya.

Azizah namanya. Mahasiswi semester 5 di sebuah universitas negeri di medan. Perawakannya kecil, berwajah ayu, mungkin karena rajinnya dia beribadah, Murah senyum sehingga membuat banyak lelaki di kampus yang menyukainya. Apalagi dengan lesung pipitnya yang hanya di pipi kanannya.

--o0o--

“Azzam, pulang kuliah kita ke rumahku yuk?” Ajak Zizah kepadaku. “Ada rencana apa nih di rumah?” Ku balik tanya. “Sudah pokoknya kamu ikut aku saja”. Pintanya dengan sedikit memaksa. “Baiklah kalau begitu! Tapi ntar ongkosin aku ya?”
Kalau urusan itu kamu terima beres ajalah”.

Kuliah terakhir pun usai. Kulirik jam di hp menunjukkan pukul 14 lebih 15 menit. Waktu yang menantang aku untuk makan siang. Rasanya telah terjadi unjuk rasa di dalam perutku. “Hmm dimana aku makan siang ini ya?”. Hatiku bergumam. Kurogoh kantongku, hanya ada selembar uang Rp. 10.000. Wah… cukuplah makan dengan lauk ikan ditemani teh manis dingin.

Keluar dari ruangan kuliah Azizah menghampiriku. “Gimana berangkat kita sekarang?”. Aku baru teringat kalau aku sudah janji untuk main ke rumah Zizah sepulang kuliah. “Astaghfirullah… Aku hampir lupa!”.
“Aku tahu pasti kamu belum makan kan? Kamu kan kalau belum makan pasti penyakit lupa selalu muncul”. Ledeknya kepadaku.
“Sudah ayo berangkat!” Ajaknya.

Dalam perjalanan aku masih berfikir ada apa dengan Azizah. Tidak biasanya dia mengajakku ke rumahnya selain untuk diskusi. Tetapi tadi ketika aku Tanya dia merahasiakannya. Oh… acara makan saja mungkin. Terawangan sederhana ini mungkin ada benarnya karena kalau tidak diskusi biasanya diisi dengan acara makan-makan saja.

Bermacam pikiran yang ada dalam benakku. Kulihat Zizah hanya diam. Matanya asyik berlayar melihat segala hal yang kami lalui. Sesekali terlihat melamun. Aku sendiri tidak berani mengajaknya mengobrol. Sudah menjadi kebiasaannya kalau tidak ada hal yang penting dibicarakan, Azizah lebih memilih diam. Mungkin dia sangat memahami dan mengamalkan hadist Nabi “Berkatalah yang baik atau lebih baik diam”.

Akhirnya aku sampai di rumahnya. Perjalanan yang membosankan ditambah udara yang panas membuat peluhku bercucuran. Kulihat tidak ada yang berbeda sejak terakhir kali aku ke rumahnya seminggu yang lalu. Dipersilahkannya aku masuk dan akupun duduk di kursi sofa yang cukup empuk. Adiknya sedang makan seraya Zizah mengajakku makan siang.
Selepas makan, diajaknya aku ke taman di belakang rumahnya. Suasana yang sangat nyaman kupikir. Udaranya yang sejuk. Sengatan matahari terhalang dedaunan pohon yang ditanam dan berdiri dengan kokohnya. Semilir angin sepoi-sepoi menambah ketentraman hati di siang itu.

“Azzam… Ada yang ingin kusampaikan kepadamu. Mungkin hari ini adalah waktu yang tepat bagiku untuk menyampaikan isi hatiku kepadamu”.
Jreng…Jreng… Seperti di film-film saja pikirku.
“Apa gerangan itu sahabatku?” Tanyaku seperti sedang main film.
“Azzam, kamu adalah sahabat yang paling dekat denganku selama ini. Aku sudah mempercayaimu walaupun banyak sisi burukmu yang aku dapati. Tetapi itulah hidup, harus selalu ada warna-warni”.
“Kamu ingat hari ini adalah hari ulang tahunku?” Tanyanya
“Astaghfirullah… hari ini kan tanggal 22 September. Wah sudah 21 tahun umur dirimu sekarang”.
Aku benar-benar lupa kalau sobat karibku berulang tahun hari ini. Aku malu jadinya.
“Tapi itu tidak penting Azzam. Ada hal yang lebih penting dari sebatas ulang tahun”.
Hatiku semakin berdebar akan kelanjutan omongannya. Wajahnya yang serius membuatku semakin bertanya-tanya.

“Azzam, cinta susah ditebak ya? Terkadang dia muncul dengan sendirinya, terkadang juga dia akan pergi begitu saja tanpa sebab yang pasti”.
Waduh ada apa lagi nih. Pikiranku semakin kacau tidak karuan. Apa Azizah sedang jatuh cinta? Tapi dengan siapa Ya? Setahuku dia tidak begitu deat dengan laki-laki. Atau ini hanya bahan diskusi. Ah… semuanya akan terjawab kalau Azizah menyelesaikan pembicaraannya.
“Azzam… kamu tahu siapa pria itu yang membuatku jatuh cinta?”
“Siapa?”. Tanyaku penasaran.
“Dia adalah kamu Azzam!” Ucapnya jelas.
Duarrrr!!! Seperti petir di siang bolong. Pernyataannya membuatku terkejut setengah mati. Tidak kuduga keluar dari bibirnya kata-kata cinta. Wanita yang kuanggap tertutup dengan cinta, tetapi justru aku dengar sekarang. Wah… apa maksudnya nih!!!
“Aku ingin kelak kamu tetap di sampingku. Aku ingin kamu menjadi suamiku walau tidak dalam waktu dekat ini”.
“Azzam… kamu bersedia kan?” Pertanyaannya menyadarkan aku dari lamunan.
“Aku sudah mendapat izin dari orang tuaku.”.
“Kamu ini kenapa Zizah? Mengapa kamu mengeluarkan kata-kata ini?”. Tanyaku sedikit bingung.
“Azzam… Aku serius. Semua ini karena kamu yang telah mengajarkan ku”.
Aku benar-benar tak sadar dengan hal ini. Ternyata ada benih cinta yang tersemai selama pertemanan kami. Wallahu a’alam.
“Ya udah… aku akan beri kamu waktu sampai kamu benar-benar siap dengan jawabanmu…Ok!”

--o0o--

Hari-hari selanjutnya kulalui hanya memikirkan pertanyaan Azizah. Kebingungan menggelayutiku. Bingung harus berbuat apa. Tak berani aku menghubungi Azizah. Khawatir kalau Azizah menuntut jawabanku. Aku masih berpikir. Mengapa Azizah menyampaikan hal itu kepadaku. Tampang pas-pasan, belum punya pekerjaan tetap, apalagi soal cinta, aku paling tak paham.

Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi orang tuaku. Mereka terkejut mendengar ceritaku. Namun, mereka hanya berpesan. “Nak, walau ibu belum tahu bagaimana dia, ibu harap dia yang terbaik buat dirimu. Ibu mengizinkan kamu untuk menikah. Tapi jangan salah langkah, itu bias fatal akibatnya. Semua keputusan kami serahkan kepadamu”. Hatiku sedikit tenang mendengar nasihat mereka.

Tiga minggu berlalu, selama itu pula aku tidak melihat Azizah di kampus. Sampai aku mendengar sebuah kabar yang sangat mengejutkanku. Azizah meninggal dunia.
“Innalillahi Wa Inna ilaihi roji’un”. Hatiku luluh dan bergegas melangkahkan kaki ke rumahnya.
Bunga duka cita berjejer, bendera merah berkibar, pelayat begitu ramai mendatangi rumahnya. Ku datangi ibu dan Ayah Azizah. Kesedihan mewarnai, Air mataku jatuh. Belum sempat aku menjawab permintaannya, Azizah terlebih dahulu dipanggil Sang Khalik. Ibunya bercerita kalau sejak terakhir aku main ke rumahnya, penyakit kanker otaknya kambuh.

Oh… alangkah payahnya diriku. Mengapa aku tidak pernah menghubungi Azizah sejak aku bertemu dengannnya. Sungguh penyesalan yang takkan pernah terbayar. Azizah tidak pernah cerita kalau dia mengidap penyakit mematikan itu. Di balik keceriaanya ternyata dia menyimpan penyakit yang kronis.

“Nak, ini ada titipan dari Azizah buatmu, dia memberikannya satu jam sebelum dia menghembuskan nafasnya yang teakhir”. Kulihat ibu tangisannya semakin menjadi.
Selepas fardhu kifayah, aku pulang ke kost dengan hati mendung seperti kondisi kota Medan yang selalui diwarnai hujan. Jalanku gontai. Penyesalan yang tiada henti. Di kamar aku buka titipan dari Azizah dengan ucapan bismillah.

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Azzamku…
Laa Tahzan…
Jangan bersedih atas kepergianku karena ini sudah menjadi rahasia Allah.
Jangan bersedih karena engkau tiada berada di sampingku saat aku dipanggil Alah.
Jangan bersedih karena engkau belum sempat menjawab permintaanku.
Jangan bersedih karena aku tidak pernah cerita tentang penyakitku ini.
Jangan bersedih Azzamku…
Azzamku…
Kamu masih ingat saat kita pertama kali bertemu di depan fakultas? Saat itu kamu meminjam penaku? Dasar kamu tak bermodal. Kamu tahu sejak saat itu aku tertarik padamu. Kata-katamu yang halus dan senyumanmu membuat aku teringat selalu.
Azzzamku…
Kini aku terlebih dahulu pergi, aku harap engkau tidak berubah sedikitpun selepas kepergianku. Azzamku adalah Azzam yang pernah kukenal.
Azzamku…
Semoga kita bertemu di surga kelak… Amin.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Sahabatmu… 
Azizah

Kembali menetes air mataku. Cintaku kini telah pergi. Entah sampai kapan aku menemukan sosok sepertinya lagi. “Ya… Allah terimalah dirinya di sisi Engkau yang mulia, ampunilah dosa-dosanya, perhitungkanlah segala amalan-amalannya. Ya Allah, pertemukannlah aku dengan dirinya di akhirat kelak. Amin”.
Selamat jalan cinta pertamaku….

Dunia PII

 
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA. Thanks you for visiting!
Share |