Zhuangzi (baca: Cuang Tse, filsuf China pada 2.400 tahun silam) pernah bermimpi dirinya adalah seekor kupu-kupu, setelah terbangun ia mengajukan sebuah pertanyaan langka: Sesungguhnya yang bermimpi ketemu si kupu-kupu adalah Zhuangzi ataukah si kupu-kupu telah bermimpi ketemu Zhuangzi? Dengan kata lain, sebetulnya siapa sih yang bermimpi? Si kupu-kupu, atau Zhuangzi?
Ini mutlak pertanyaan yang baru bisa terpikirkan oleh filsuf besar. Karena pada umumnya manusia memandang dunia kita ini adalah yang paling nyata, di mata mereka, suasana mimpi mutlak adalah bukan realita. Namun pertanyaan kupu-kupu Zhuangzi ini telah menjungkir-balikkan konsepsi yang berlaku pada umumnya, sehingga kita bisa memahami bahwa dunia materi yang kasat mata dan dapat diraba ini belum tentu yang mutlak, bisa saja (eksis) dunia lain yang lebih nyata dan lebih indah daripada di sini.
Menurut pendapat saya, film "Avatar" adalah sebuah kisah terbitan zaman kini tentang impian kupu-kupu Zhuangzi tersebut. Sesungguhnya apakah Jake, si veteran cacat perang bereinkarnasi sebagai raja orang Na’vi yakni: Avatar di planet Pandora, ataukah raja Na’vi dari planet Pandora yang bereinkarnasi menjadi Jake seorang manusia dari planet bumi? Di sini saya tidak ingin memberi kesimpulan, hanya ingin mengemukakan pemikiran saya untuk dibagikan, agar semua orang berpikir bahwa yang disebut belakangan bisa saja eksis.
Kata "Avatar" sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, bermakna jelmaan Dewa, maksudnya ialah Dewa langit setelah melalui pertimbangan mendalam, datang ke bumi dengan membawa misi serta bertubuh fisik layaknya manusia biasa. Meski di atas bumi, penampilan Avatar tidak berbeda dengan manusia biasa lainnya, namun secara nyata Avatar bukan manusia biasa.
Di dalam film kita juga menyaksikan si tokoh utama Jake merupakan seorang veteran cacat perang biasa, selain sepasang kaki yang lumpuh, tidak berbeda pula dengan orang-orang lain. Akan tetapi begitu ia tiba di planet Pandora yang penuh kegaiban, begitu jiwa-primer Jake memasuki tubuh orang Na’vi, penampilannya menjadi tidak lumrah.
Selain sekelompok makhluk hidup mirip kunang-kunang yang bergerombol di tubuhnya dan mereka itu biasanya hanya tertarik dengan sosok manusia yang baik kelakuannya, juga ia ternyata berhasil menaklukkan raja makhluk terbang, yang di dalam dongeng, suatu hal yang hanya mampu dilakukan oleh raja bangsa Na’vi. Segalanya itu menjelaskan Jake yang berparas biasa-biasa saja itu ternyata berasal-usul tidak lumrah, jiwa sesungguhnya tidak sama dengan yang lain, ia Avatar terpilih untuk menjaga dan melindungi planet Pandora yang Indah itu.
Kenyataan membuktikan, Jake yang bukan siapa-siapa di bumi ini ialah sang penyelamat planet Pandora, Raja Na’vi yang agung, Avatar—penjelmaan Dewa. Sedangkan prosesnya dalam rangka mempelajari menjadi seorang Na’vi adalah proses jiwanya dalam rangka kembali (pulang ke rumahnya yang asli), prosesnya dalam memimpin mahluk hidup planet Pandora bertempur gagah berani melawan Kekuatan Jahat ialah proses dia dalam menegakkan jasa yang kelak dikenang abadi, penyelamatannya terhadap planet Pandora membuktikan ia layak sebagai penjaga dan pelindung dunia tersebut, raja agung dari para makhluk hidup.
Bagi Avatar dari film ini, bumi hanyalah sebuah penginapan di dalam perjalanan jiwanya, sedangkan serangkaian waktu sebagai manusia biasa si Jake juga bagaikan sebuah impian di siang hari bolong.
Mengutip puisi dari Li Bai (baca: li pai, intelektual kaliber dunia abad-8 zaman Dinasti Tang): "Alam dan masyarakat, berwisata melawan arus seluruh materi; sang waktu, wisatawan ratusan masa." Dari sini terlihat, Zhuangzi, sang filsuf yang tersohor sepanjang zaman, barangkali sungguh-sungguh hanyalah sebuah impian penuh misteri dari salah satu dari sekian ekor kupu-kupu gaib di dalam jagad raya ini.
Seluruh makhluk fana yang kini hidup di bumi, kita semua persis seperti Jake terdahulu yang setiap hari hidup di dalam dunia nyata ini, yang kami pikir dan renungkan semuanya berkutat dengan kehidupan kasat mata ini, ucapan dan tindakan kita kebanyakan adalah demi keuntungan nyata di kehidupan kali ini. Kebanyakan dari kita selamanya tidak pernah berpikir bahwa jiwa kita bisa eksis dengan cara yang sama sekali berbeda dengan yang kini kita jalani, jarang pula ada orang yang merenungkan tentang makna hidup dan merenungkan darimanakah jiwa kita ini dan bakal kemanakah kita pergi.
Dari sudut pandang orang kebanyakan, kehidupan gemerlap para bangsawan, penguasa, selebriti adalah makna hidup dan merupakan target perjuangan. Mereka selamanya tidak pernah berpikir tentang pohon kehidupan yang gaib, tidak pernah berpikir tentang puncak gunung Haleluya yang mengambang di udara, juga tidak pernah berpikir menaiki naga terbang berselancar di langit nan biru. Segalanya itu bagi kebanyakan orang merupakan cerita isapan jempol yang tidak nyata.
Namun kehebatan film kolosal "Avatar" justru terletak pada penyajian di hadapan kita sebuah dunia maha luas maha gaib dengan daya tariknya yang hidup, sehingga kita yang masih terbenam dalam suasana penikmatan keagungan penciptaan Tuhan, hati sanubari kita dapat mengenali keajaiban alam semesta yang maha besar dan yang selama ini hanya berpikir sempit yang hanya berdasarkan logika (kenyataan) saja.
Dalam aliran Tao dari China sudah sejak lama terdapat perkataan: "Sejak zaman dahulu hingga moderen sekarang ini, kepulangan jiwa adalah tema abadi umat manusia, sedangkan kaya-miskin, mulia-hina, suka-duka, temu-pisah dan lain-lain pada akhirnya seolah hanya bagaikan asap dan awan yang lewat di depan mata."
Siapa tahu, Avatar sudah berada ditengah-tengah kita. Barangkali, sesudah jiwa Anda "kembali ke jati diri yang asli", Anda akan menemukan ternyata diri sendiri juga seorang Avatar! (Cun Zhongjian/The Epoch Times/whs) (Sumber:http://erabaru.net)
Ini mutlak pertanyaan yang baru bisa terpikirkan oleh filsuf besar. Karena pada umumnya manusia memandang dunia kita ini adalah yang paling nyata, di mata mereka, suasana mimpi mutlak adalah bukan realita. Namun pertanyaan kupu-kupu Zhuangzi ini telah menjungkir-balikkan konsepsi yang berlaku pada umumnya, sehingga kita bisa memahami bahwa dunia materi yang kasat mata dan dapat diraba ini belum tentu yang mutlak, bisa saja (eksis) dunia lain yang lebih nyata dan lebih indah daripada di sini.
Menurut pendapat saya, film "Avatar" adalah sebuah kisah terbitan zaman kini tentang impian kupu-kupu Zhuangzi tersebut. Sesungguhnya apakah Jake, si veteran cacat perang bereinkarnasi sebagai raja orang Na’vi yakni: Avatar di planet Pandora, ataukah raja Na’vi dari planet Pandora yang bereinkarnasi menjadi Jake seorang manusia dari planet bumi? Di sini saya tidak ingin memberi kesimpulan, hanya ingin mengemukakan pemikiran saya untuk dibagikan, agar semua orang berpikir bahwa yang disebut belakangan bisa saja eksis.
Kata "Avatar" sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, bermakna jelmaan Dewa, maksudnya ialah Dewa langit setelah melalui pertimbangan mendalam, datang ke bumi dengan membawa misi serta bertubuh fisik layaknya manusia biasa. Meski di atas bumi, penampilan Avatar tidak berbeda dengan manusia biasa lainnya, namun secara nyata Avatar bukan manusia biasa.
Di dalam film kita juga menyaksikan si tokoh utama Jake merupakan seorang veteran cacat perang biasa, selain sepasang kaki yang lumpuh, tidak berbeda pula dengan orang-orang lain. Akan tetapi begitu ia tiba di planet Pandora yang penuh kegaiban, begitu jiwa-primer Jake memasuki tubuh orang Na’vi, penampilannya menjadi tidak lumrah.
Selain sekelompok makhluk hidup mirip kunang-kunang yang bergerombol di tubuhnya dan mereka itu biasanya hanya tertarik dengan sosok manusia yang baik kelakuannya, juga ia ternyata berhasil menaklukkan raja makhluk terbang, yang di dalam dongeng, suatu hal yang hanya mampu dilakukan oleh raja bangsa Na’vi. Segalanya itu menjelaskan Jake yang berparas biasa-biasa saja itu ternyata berasal-usul tidak lumrah, jiwa sesungguhnya tidak sama dengan yang lain, ia Avatar terpilih untuk menjaga dan melindungi planet Pandora yang Indah itu.
Kenyataan membuktikan, Jake yang bukan siapa-siapa di bumi ini ialah sang penyelamat planet Pandora, Raja Na’vi yang agung, Avatar—penjelmaan Dewa. Sedangkan prosesnya dalam rangka mempelajari menjadi seorang Na’vi adalah proses jiwanya dalam rangka kembali (pulang ke rumahnya yang asli), prosesnya dalam memimpin mahluk hidup planet Pandora bertempur gagah berani melawan Kekuatan Jahat ialah proses dia dalam menegakkan jasa yang kelak dikenang abadi, penyelamatannya terhadap planet Pandora membuktikan ia layak sebagai penjaga dan pelindung dunia tersebut, raja agung dari para makhluk hidup.
Bagi Avatar dari film ini, bumi hanyalah sebuah penginapan di dalam perjalanan jiwanya, sedangkan serangkaian waktu sebagai manusia biasa si Jake juga bagaikan sebuah impian di siang hari bolong.
Mengutip puisi dari Li Bai (baca: li pai, intelektual kaliber dunia abad-8 zaman Dinasti Tang): "Alam dan masyarakat, berwisata melawan arus seluruh materi; sang waktu, wisatawan ratusan masa." Dari sini terlihat, Zhuangzi, sang filsuf yang tersohor sepanjang zaman, barangkali sungguh-sungguh hanyalah sebuah impian penuh misteri dari salah satu dari sekian ekor kupu-kupu gaib di dalam jagad raya ini.
Seluruh makhluk fana yang kini hidup di bumi, kita semua persis seperti Jake terdahulu yang setiap hari hidup di dalam dunia nyata ini, yang kami pikir dan renungkan semuanya berkutat dengan kehidupan kasat mata ini, ucapan dan tindakan kita kebanyakan adalah demi keuntungan nyata di kehidupan kali ini. Kebanyakan dari kita selamanya tidak pernah berpikir bahwa jiwa kita bisa eksis dengan cara yang sama sekali berbeda dengan yang kini kita jalani, jarang pula ada orang yang merenungkan tentang makna hidup dan merenungkan darimanakah jiwa kita ini dan bakal kemanakah kita pergi.
Dari sudut pandang orang kebanyakan, kehidupan gemerlap para bangsawan, penguasa, selebriti adalah makna hidup dan merupakan target perjuangan. Mereka selamanya tidak pernah berpikir tentang pohon kehidupan yang gaib, tidak pernah berpikir tentang puncak gunung Haleluya yang mengambang di udara, juga tidak pernah berpikir menaiki naga terbang berselancar di langit nan biru. Segalanya itu bagi kebanyakan orang merupakan cerita isapan jempol yang tidak nyata.
Namun kehebatan film kolosal "Avatar" justru terletak pada penyajian di hadapan kita sebuah dunia maha luas maha gaib dengan daya tariknya yang hidup, sehingga kita yang masih terbenam dalam suasana penikmatan keagungan penciptaan Tuhan, hati sanubari kita dapat mengenali keajaiban alam semesta yang maha besar dan yang selama ini hanya berpikir sempit yang hanya berdasarkan logika (kenyataan) saja.
Dalam aliran Tao dari China sudah sejak lama terdapat perkataan: "Sejak zaman dahulu hingga moderen sekarang ini, kepulangan jiwa adalah tema abadi umat manusia, sedangkan kaya-miskin, mulia-hina, suka-duka, temu-pisah dan lain-lain pada akhirnya seolah hanya bagaikan asap dan awan yang lewat di depan mata."
Siapa tahu, Avatar sudah berada ditengah-tengah kita. Barangkali, sesudah jiwa Anda "kembali ke jati diri yang asli", Anda akan menemukan ternyata diri sendiri juga seorang Avatar! (Cun Zhongjian/The Epoch Times/whs) (Sumber:http://erabaru.net)
By, Sapro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you on the visit!
Please leave a message for this blog!
Terima kasih anda telah mengunjungi blog ini yang masih "alakadarnya", dan tolong tinggalkan pesan/saran untuk blog ini, mengenai tampilan, posting atau yang lainnya.